Kucing dan Stray Mendobrak Kebosanan Game
Annapurna Interactive kembali memberikan trailer terbaru Stray pada ajang State of Play tanggal 2 Juni 2022. Trailer tersebut memang tidak semeriah sebelumnya, namun siapa yang peduli? Karena tanggal rilis dari game kucing satu ini yang sudah ditunggu. Stray akan rilis pada tanggal 19 Juli 2022 dengan bandrol Rp134.999 setelah diskon di Steam. Satu bulan lagi kita bisa menjadi kucing nih! Kenapa kucing membuat kita mau bermain game ya?
Kucing Menjadi Kunci
Sejak pengumumannya pada bulan Juni 2020, Stray menyita perhatian gamer dengan perkucingannya. Kucing memang tidak pernah salah sebagai sebuah karakter dalam game. Kalau ada game yang menyajikan kucing, kita selalu ada hasrat untuk mengelus atau mengejarnya. Sebenarnya tidak hanya kucing, tetapi hewan apapun rasanya ada hasrat terpendam untuk berinteraksi dengannya. Bahkan kita bisa merasa kecewa jika suatu game tidak memiliki fitur untuk mengelus hewan, terutama kucing atau anjing. Kira-kira apa ya yang membuat kita memiliki hasrat itu? Apakah hanya karena kucing? Namun, memang tidak dipungkiri juga kalau kucing punya semacam magis dengan kelucuannya.
Singkat Saja, Kenapa Mengelus Kucing?
Hasrat interaksi kita dengan hewan sebenarnya dipelajari lebih lanjut pada disiplin akademik bernama Antrozoologi. Dikutip dari The Washington Post, John Bradshaw, seorang Antrozoologis dari Inggris menjawab pertanyaan kenapa kita berhasrat mengelus hewan,
One answer is that there is this satisfaction — stroking a dog or a cat causes hormones to be released and makes the person doing it feel good.
Satisfaction atau kepuasan memang yang selama ini kita cari bukan? Otak kita akan melepas endorfin ketika kita puas sehingga ada rasa bahagia yang muncul. Layaknya kita mencintai, meskipun sesaat tetapi kita puas dan bahagia atas pengalamannya.
Gemas Jawabannya
Kembali ke Stray, kenapa game ini menaikkan antusias gamer? Stray mengusung genre adventure dan platforming yang sejujurnya kita memiliki banyak game sejenis seperti Little Big Planet, Crash Bandicoot, atau yang terbaru Kena: Bridge of Spirits. Jawabannya sederhana, karena kita sudah bosan dengan game yang semakin lama semakin beragam. Mari kita contoh Elden Ring dengan segala hype yang terjadi. Game ini memang asik, namun ada berapa banyak gamer yang sebenarnya memang ingin bermain bukan karena hype? Jujur saja berapa banyak dari kita yang bermain Elden Ring karena mengikuti hype, tetapi tidak enjoy dengan gameplay soulslike-nya? Soulslike ini akhirnya dimanfaatkan oleh developer lain yang malah menciptakan game cukup ngawur seperti Stranger of Paradise: Final Fantasy Origin dan Babylon’s Fall. Kemudian contoh lainnya genre battle royal yang terus menerus keluar sampai bikin mual. Jujur saja, saya pribadi atau mungkin juga kalian sudah malas dengan pengumuman game battle royal apapun bentuknya.
Stray mengambil gebrakan sederhana yaitu prontagonis non-humanoid. Berapa banyak game yang menghadirkan prontagonis non-humanoid apalagi kucing? Hanya Goat Simulator yang muncul di kepala kita. Sekarang mari kita jujur, bagaimana kita tidak antusias saat menjadi kucing? Maksudku ini kucing, kita bisa menyakar sofa, tidur melungker, dan minta dielus. Iya, kita yang sebelumnya berhasrat ingin mengelus, Stray membaliknya kita yang minta dielus.
Perubahan kecil yang mengembalikan gairah gamer juga pernah dilakukan oleh Sifu dengan menerapkan budaya Tiongkok dan combat mechanism kung fu yang kompleks. Karena kita sudah lama tidak merasakan bermain game seperti Sifu setelah Sleeping Dogs. Hal ini sama dengan Stray yang menerapkan perubahan kecil tetapi mengembalikan rasa puas dalam bermain game. Kita hanya perlu rasa puas dari hal-hal kecil ini bukan?
Kucing atau Kita Sudah Bosan Menjadi Manusia?
Pembahasan yang cukup ekstrem, tetapi mari kita lanjut perlahan. Pembahasan ini pernah terlontar pada salah satu artikel dari Forbes, Can You Be A Person If You’re Not Human? Sedikit cuplikannya adalah apakah kita bisa mendapatkan kebebasan, entah dari berpendapat, hidup merdeka, sampai mendapat perlindungan hukum. Kita masih sering melihat kelakuan sesama yang membuat rasa “benci” menjadi manusia muncul. Manusia saling membenci, manusia saling sikut menyikut, manusia saling berlomba merusak, dan kelakuan lainnya.
Kucing menjadi pilihan yang jatuh di depan mata kita. Kita sering melihat hewan ini berkeliaran, memberikan rasa damai ke hati dengan kelakuannya. Stray memberikan opsi untuk kita untuk tidak menjadi manusia, tetapi tetap dapat melihat bagaimana manusia berlaku di luar sana. Kita melihat persepsi lain yang membuat rasa penasaran sekaligus kemanusian diketuk. Menarik untuk ditunggu, apakah kita akan puas dengan kucing dan mendapatkan game berprontagonis non-humanoid lainnya.