Sok Tau

Kenapa Harus Beli Game Orisinal?

Pertanyaan menyebalkan yang masih sering kami dengar. Pertanyaan ini seakan mempertanyakan kenapa kita harus membeli laptop kalau bisa mencuri? Iya, kamu mencuri saat melakukan unduh game pada situs tertentu kemudian memasangkan crack. Persetan dengan alasan komputermu dapat rusak karena crack tersebut. Game yang kamu unduh tidak tiba-tiba muncul dari perutmu dengan gratis. “Barang” itu menjalani proses yang panjang, melibatkan banyak orang, dan mulut yang harus diberi makan. Apa kamu mau kalau bekerja delapan jam menghadap layar komputer dan bayarannya hanya ucapan terima kasih? Atau kamu mau saat berjualan barang kemudian seseorang datang ngomong di depan mukamu “ini harusnya gratis ini, gratis ya, boleh lah”?

Uang dan Produksi

Makan bareng, cie

Kamu bayangkan kalau kamu sedang berjalan dari rumah ke sekolah. Kemudian kamu bertemu seorang pedagang siomay, kebetulan kamu juga sedang lapar. Kamu mengecek kantong dan dompet, ternyata uangmu tak cukup untuk membeli siomay. Sebagai manusia yang sehat jasmani dan rohani, kamu pastinya berpikir untuk ke sekolah dulu, meminjam uang dari teman, lalu kembali ke bapak siomay tadi. Apa ada pikiran sehat yang muncul, sok ngide, curi saja siomay bapak itu?

Bapak siomay tadi pasti berjualan untuk menghasilkan uang. Ada orang yang menunggu bapak tadi pulang dengan membawa uang, bukan ucapan terima kasih. Anaknya juga mau membeli handphone untuk main Free Fire atau Mobile Legend, top up game online, dan pamer skin. Bapak siomay itu juga tidak ujugujug bersin keluar siomay. Siomay itu juga mengalami proses produksi, dari beli bahan baku sampai pengolahannya. Uang bapak tadi juga awalnya untuk membeli bahan-bahan baku selama proses pengolahan, butuh balik modal. Kamu pikir uang tumbuh dari pohon?

Orang sebanyak ini mau tidak ya makan angin aja?

Kalau kepalamu bisa menangkap hal semudah siomay, berarti cukup untuk mengolah proses pembuatan game. Game juga tidak muncul secara mengejutkan dari puting beliung, mereka harus melalui proses produksi. Ada orang-orang yang mengolahnya sehingga dapat kamu mainkan dengan baik, mampu memberikan pengalaman asik, dan menghibur kamu tentunya. Bayangkan kamu berada dalam proses produksi itu, apa kamu mau kalau game yang kamu buat diambil orang secara gratis? Apa perutmu itu bisa makan angin saja? Mikir dong kawan.

Game Gratis

Loh, bukannya ada game gratis? Itu bisa gratis loh. Iya gratis, tapi mereka menjual data pribadi yang kamu masukkan sebelum masuk ke game mereka. Mereka juga menjual produk lain dalam game mereka melalui microtransaction. Kamu masih ingat kasus anak kecil menghabiskan uang orang tuanya sampai puluhan juta hanya untuk melakukan microtransaction di Mobile Legend? Itu apa, hm? Gratis? Iya terusin aja ekosistem gratismu.

Bermain game sungguh asik bersama keluarga

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan game gratis ini. Pun, Mobile Legend tidak dapat disalahkan atas banyaknya kasus “jebol atm” yang sering terjadi. Ini murni karena kepala beberapa oknum yang mungkin masih berbentuk trapesium atau jajar genjang. Mereka belum bisa membedakan kebutuhan dan keinginan sehingga terjebak pada ekosistem “gratis” yang penuh glamor. Banyak yang tak sadar jika hanya ingin pamer menunjukkan “ini lo aku punya skin seharga ratusan juga”. Ratusan juta itu bapakmu jualan sayur di pasar keringatan sampai nangis darah. Makan tuh game gratis.

Pasar yang Kecil di Negeri Sendiri

Funding Dreadout di IndieGoGo

Kamu tahu game berjudul Dreadout? Dreadout menunjukkan bahwa kita mampu untuk bersaing dengan developer luar negeri. Game ini mendapatkan banyak support dari luar negeri. Lalu, ke mana kita saat Dreadout dalam masa funding-nya? Menurut wawancara Digital Happiness di PC Invasion, mereka bahkan mendapat penolakan dari venture capital di negara sendiri. Untungnya, Dreadout berhasil fully funded melalui IndieGoGo. Lalu ketika Dreadout sukses secara internasional kamu klaim cinta produk Indonesia? Selang beberapa lama setelah viralnya Dreadout, keluar situs yang menyediakan unduh bajakannya. Lucunya banyak yang bangga memainkan game hasil unduhan bajakan tersebut secara stream. Begitukah cara cinta produk Indonesia?

Bukan hanya Dreadout, tetapi masih banyak game produksi anak bangsa yang berhasil menembus pasar internasional. Coffee Talk buatan Toge yang mendapat atensi di luar negeri karena tema nonmainstream yang berhasil menggaet isu-isu sosial terkini. Pulang : Insanity besutan Ozysoft dengan tema horor khas Indonesia juga berhasil mendobrak pasar luar negeri. Own Game dengan Tahu Bulatnya yang menggebrak industri mobile game dan memperoleh penghargaan Game of The Year versi Game Prime Awards 2016.

Kenal dengan game di atas ini?

Game anak bangsa yang mendunia, tetapi kecil pasarnya di negeri sendiri. Miris rasanya ketika banyak developer domestik yang malah berhubungan baik dengan media game luar negeri, karena pasar mereka besar di luar sana daripada pasar negeri sendiri. Ini bisa saja menandakan kalau sangat sedikit angka yang mereka peroleh melalui penjualan domestik, sehingga publikasi dan promosi lebih banyak ke luar negeri. Kenapa kita tidak bisa bersama memajukan ekosistem gaming bersama di negeri sendiri?

Epic-Logue

Sok tau kali ini akan kami tutup dengan pernyataan epik yang pernah masuk ke telinga, “keren ya kamu kalau main game itu beli, padahal kan bisa download“. Kami tidak mungkin pergi keluar rumah, kemudian datang ke penjual nasi goreng dan mengambil nasi gorengnya secara gratis. Sekali lagi, sebagai manusia yang masih sehat jasmani dan rohani, kami berpikir bahwa yang seharusnya dijual pasti mengalami proses produksi. Tidak ada barang yang bisa muncul secara mengejutkan. Pun, ada orang yang perlu makan di balik itu semua. Memangnya pernyataan itu membuat kami merasa keren? Tentu tidak, itu normal untuk manusia melakukan jual beli, bukan mencuri.

2 thoughts on “Kenapa Harus Beli Game Orisinal?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *