7 Fakta Gamer Keren Ganteng Mantu Idaman
Apakah kamu seorang gamer?
Gamer memiliki potensi untuk menjadi keren, ganteng, dan mantu idaman layaknya kakak-kakak berseragam.
Yuk simak studi yang membuktikan kerennya menjadi gamer.
1. Ingatan yang Was Wus
University of California melakukan studi pada tahun 2015 menggunakan game berbasis 3 dimensi kompleks dan 2 dimensi sederhana. Hasilnya adalah hippocampus seorang gamer berkembang dengan lebih baik setelah bermain 30 menit setiap hari selama 2 minggu. Hippocampus merupakan bagian otak yang memiliki fungsi utama dalam belajar dan ingatan. Perkembangan pada hippocampus ini menandakan seseorang memiliki kemampuan belajar dan ingatan yang lebih cepat dan baik. Barangkali kamu sudah mengalami tanda-tanda kejompoan berupa pikun, maka game bisa jadi solusinya.
"Here we provide evidence consistent with our hypothesis that playing a complex 3D video game can stimulate the hippocampus, leading to an enhancement in hippocampus-associated behavior." -Virtual Environmental Enrichment through Video Games Improves Hippocampal-Associated Memory - PMC (nih.gov)
2. Ambil Keputusan Lebih Sat Set
Gamer yang memainkan action game memiliki kemampuan pengambilan keputusan 25% lebih cepat daripada orang yang memainkan game “lambat” menurut studi yang dilakukan oleh University of Rochester pada tahun tahun 2010. Kemampuan pengambilan keputusan yang lebih cepat sangat menguntungkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Contohnya seperti kecepatan alt+f4 ketika melihat bokep, memutuskan hubungan toxic, atau mencari alasan setelah melakukan kesalahan.
"The action game players were up to 25 percent faster at coming to a conclusion and answered just as many questions correctly as their strategy game playing peers." -Video Games Lead to Faster Decisions that are No Less Accurate : Rochester News
3. Orang Paling Gigih
Kamu pernah lihat temanmu yang sangat gigih mempertahankan pernyataannya saat presentasi di depan kelas meskipun semua orang tahu dia salah? Nah bisa saja dia seorang gamer, seseorang yang persisten dalam menjalankan suatu hal. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Florida State University di tahun 2012, gamer cenderung menyelesaikan teka teki yang ada sampai selesai meskipun memakan waktu yang lama. Asal tidak persisten dalam bermain game terlarang ya, jadi negatif keluarnya nanti.
"In particular we showed that playing video games is associated with higher persistence in a performance-based measure." -The Relationship between Video Game Use and a Performance-based Measure of Persistence
4. Healing Healing Anti Sinting
Siapa yang bilang kalau healing harus ke Bali atau staycation di apartemen dengan budget 500 ribu rupiah? Mari bermain game, banyak pilihan dan harga terjangkau untuk healing sampai berbusa. Menurut penelitian yang dilakukan oleh University of Limerick dan Lero, Science Foundation Ireland Research Centre for Software, game bagus untuk kesehatan mental, utamanya dalam mengurangi kecemasan dan depresi.
"There is mounting scientific evidence supporting the efficacy of commercial video games to improve mental health outcomes after the team reviewed existing academic research on the impact of video games on mental health issues, particularly depression and anxiety." -Gaming Your Mental Health: A Narrative Review on Mitigating Depression and Anxiety Symptoms via Commercial Video Games
5. Kontrol Jempol Netizen dan Deadwood
Netizen perlu sering main game karena berdasarkan studi University of Toronto pada tahun 2014, orang yang bermain action game memiliki kecenderungan dalam mempelajari sensorimotor skill baru. Sederhananya, ketika orang bermain game, utamanya action game, mereka akan lebih baik dalam mengontrol koordinasi antara mata dan tangan. Sehingga, netizen dapat menekan komentar ngawur di media sosial. Selain itu, mempelajari sensorimotor skill juga membuat gamer lebih cepat dan baik dalam mendapatkan kemampuan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Cocok untuk deadwood yang sedang mencari kegiatan.
" A study led by University of Toronto psychology researchers has found that people who play action video games such as Call of Duty or Assassin’s Creed seem to learn a new sensorimotor skill more quickly than non-gamers do." -Media Room & Blue Book – University of Toronto (utoronto.ca)
6. Brutal yang Teralihkan
Bersambung dari poin sebelumnya, game juga dapat mengurangi kebrutalan netizen. Studi dari University of Texas pada tahun 2020 menunjukkan bahwa game mengurangi kekerasan untuk jangka waktu pendek. Pun, studi tersebut menunjukan paradoks apabila dalam jangka panjang maka game juga meningkatkan agresivitas. Siapa di sini yang pukul duluan, tanya belakangan?
"These analyses are suggestive of the hypothesis that violent media paradoxically may reduce violence in the short-run while possibly increasing the aggressiveness of individuals in the long-run." -Understanding the Effects of Violent Video Games on Violent Crime by Scott Cunningham, Benjamin Engelstätter, Michael R. Ward :: SSRN
7. Murid yang Pintar
Orang tua umumnya melarang anak untuk bermain game agar lebih giat belajar dan mendapatkan nilai bagus di sekolah. Namun, studi yang dilakukan oleh University UNION, Arab Open University, University of Hafr Al-Batin, dan University of Belgrade pada tahun 2021 menemukan bahwa bermain game dapat membantu anak dalam belajar. Studi tersebut menyebutkan, kelompok anak yang bermain game selama 3,5 jam sehari secara rutin mendapatkan nilai tertinggi dalam ujian dibandingkan kelompok anak yang bermain game selama 2,13 jam dan 1,42 jam. Apakah bapak ibu sekalian masih akan mengurangi jam bermain game anak?
"Playing an astonishing 3.5 h video games daily during the exam period, they nevertheless managed to achieve the highest GPA result." -The impact of video games on Students’ educational outcomes
Kenapa sih makin keren gini tulisannya. Bumpy bikin susah move on nih dari tulisannya.
Pingback: Resident Evil 4 Remake Kok Jelek? Masak Sih! - Bumpymed
Cheers.